KetujuhPENGERTIAN IBADAH DALAM ISLAM[1] Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas A. Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: Ibadah adalah taat kepada Allah dengan Oleh Dr Khairan Muhammad ArifAllah SWT berfirman, “Di antara manusia, ada yang menyembah Allah sekadar ritual formalitas, bila dia mendapat suatu manfaat dari ibadahnya, dia merasa puas, namun bila dia ditimpa ujian fitnah, dia berbalik menjadi kafir. Orang ini merugi di dunia dan akhirat, itulah kerugian yang sangat besar.” QS al-Haj11.Ayat ini adalah salah satu dari pesan penting surat al-Haj mengenai hikmah perintah ibadah haji. Tujuan ibadah haji di antaranya adalah membersihkan iman yang bersifat pragmatis dan ibadah ritual simbolis dan formalitas menjadi iman dan ibadah yang hakiki dan sejati. Allah SWT menjelaskan, orang yang beribadah simbolis dan formalitas dalam semua bentuk ibadahnya seperti shalat yang tidak khusyuk, tilawah Alquran tanpa tadabur merenungkannya dan menghadirkan hati, atau infak untuk meraih popularitas, zikir yang riya, dan semua ibadah yang sekadar ritual simbolis tanpa hati, adalah ibadah yang tidak dapat membentuk karakter dan integritas dalam diri seseorang. Ibadah model ini hanya melahirkan pribadi-pribadi cengeng, mudah mengeluh, penakut, pesimistis, pengecut, bahkan oportunis yang pada akhirnya tidak mampu memikul beban hidup dan ujian dari Allah ibadah khusyuk yang menghadirkan hati dan akal sehingga menjadi sarana audiensi antara hamba dan Sang Khalik adalah ibadah sejati dan substantif. Ibadah seperti inilah yang dimaksud oleh Fudhail Ibnu Iyadh, seorang ulama dari generasi tabi’in, ketika ditanya tentang ibadah terbaik, ia menjawab, ibadah yang ikhlas dan benar sesuai abid ahli ibadah sejati adalah mereka yang selalu merindukan untuk sujud di sajadahnya, merindukan waktu-waktu tahajudnya, dan mendambakan saat-saat munajatnya. Salah seorang salafus saleh berkata, “Hanya satu yang paling aku tidak sukai di dunia ini ketika fajar terbit. Mengapa? Karena, tahajud dan munajatku pada malam hari akan terputus bila fajar mulai terbit.”Ibadah seperti di ataslah yang akan melahirkan hamba-hamba yang berkarakter sebagai berikut Pertama, para rijal’ tokoh yang berkarakter. Ibadah khusyuk dan bukan sekadar simbolis akan memproduksi para ulama dan para pemimpin abadi. Kedua, ibadah sejati dan terbaik melahirkan para pejuang sejati, prajurit pemberani, dan manusia-manusia yang optimistis, giat, rajin, dan profesional. Ketiga, ibadah sejati dan khusyuk melahirkan para perindu syahid dan sebaliknya, ibadah yang sebatas simbolis dan formalitas akan melahirkan pribadi-pribadi pengecut dan penakut, oportunis, pragmatis, karakter pencuriga, dan berprasangka buruk pada orang lain. Pribadi yang pelit dan takut berkorban, pribadi yang pesimistis, tak berani melakukan terobosan, dan inisiatif. Bila karakter model ini dipelihara dalam kehidupan, orang seperti ini menjadi manusia yang paling merugi di dunia dan ibadah haji untuk menghindarkan umat dari penyakit-penyakit kepribadian di atas. Karena itu, mereka yang berhaji atau berumrah bukan karena Allah dan mencari ridha-Nya, haji dan umrahnya menjadi sia-sia. Dia akan rugi di dunia dan akhirat. Wallahu a’alam. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini HaninahAsliyah Hanis Hanzalah Katibah: nama yang maknanya penyayang, menemukan jati dirinya, dihormati, dan giat Haninah: Penyayang (Arab) Asliyah: Yang sejati (Arab) Hanis Hanzalah: [1] Berani [2] Disegani [3] Dihormati (Arab) Katibah: Sekertaris (Islami) Cek arti nama lain yang berkaitan: Katimah yang artinya : bertanggungjawab dalam bahasa ï»żIbadah adalah suatu sikap hati dimana segala-galanya - seluruh hidupnya, keberadaan dan milik kita - menjadi persembahan yag terus-menerus kepada Tuhan, yang senantiasa dicurahkan kepada Tuhan. Ibadah yang benar adalah penyerahan sepenuhnya dari kehendak dan segala sesuatu yang kita miliki kepada Tuhan - dalam segala waktu, tempat, kegiatan, pikiran dan perasaan. Akan kami gambarkan maksud kita dengan memakai pandangan kita tentang bagaimanakah seharusnya seorang hamba Tuhan. Mungkin anda berpendapat bahwa seorang hamba Tuhan dalam memberitakan Injil harus mempunyai satu tujuan saja dalam pikirannya - yaitu memuliakan Tuhan dengan membawa keselamatan dan kemudian pengudusan kepada orang berdosa. Karena ia adalah hamba Tuhan maka anda merasa bahwa ia seharusnya belajar, berkhotbah dan melakukan tugas-tugas pelayanannya bukan untuk dirinya sendiri, bukan untuk gajinya, bukan pula untuk meningkatkan popularitasnya, tetapi hanya untuk memuliakan Tuhan. Kini jelaslah bahwa jika ini bukan tujuannya maka pelayanannya tidak dapat diterima Tuhan sebab bukan merupakan persembahan kepada Tuhan. Bukan ibadah kepada Tuhan tetapi ibadah kepada diri sendiri. Ibadah bagi seorang pendeta ialah suatu keadaan pikiran dimana semua tugas-tugas kependetaannya dilakukan hanya bagi kemuliaan Tuhan dan seluruh kehidupannya merupakan persembahan yang terus menerus kepada Tuhan. Anda berpendapat bahwa seorang pendeta harus beribadah kepada Tuhan dalam segala hal sama seperti doa dan khotbahnya - anda benar! Bukan saja seharusnya, tetapi sesungguhnya ia harus beribadah diluar mimbar sama seperti ketika ia berada di mimbar. Jika ia dipengaruhi oleh motivasi duniawi dan kepentingan diri sendiri selama seminggu itu maka motivasi yang sama itu pasti akan ada di hatinya pada hari Minggu. Jika pada hari Minggu itu pikirannya berpusat pada kesenangannya sendiri, berusaha mengunggulkan dirinya sendiri, maka demikian pula yang terjadi pada hari Minggu. Jika ibadah seorang hamba Tuhan semata-mata hanya suatu sandiwara - ia berkhotbah, berdoa, mengunjungi orang dan melakukan semua tugasnya hanya dengan tujuan untuk menunjang hidup keluarganya atau hanya mendapat penghormatan dan perhatian bagi dirinya sendiri - saudara pasti berkata bahwa ia orang jahat, dan jika ia tidak bertobat, ia pasti akan kehilangan jiwanya. Kalau itu pendapat anda, anda benar! Bila saudara jujur, saudara dapat malakukan penilaian dan memutuskan dengan benar sifat dan nasib orang-orang seperti itu. Sekarang, ingatlah, standar ini berlaku bagi kita semua!!! Tanamkan dalam pikiran kita, bahwa tidak ada tindakan, semangat atau luapan perasaan pribadi - atau keputusan untuk berubah, atau janji untuk saat dimasa mendatang - yang merupakan ibadah. Karena ibadah adalah keadaan kehendak dimana pikiran ini tenggelam seluruhnya didalam Tuhan sebagai Pribadi yang paling kita cintai - dimana kita tidak saja hidup dan bergerak dalam Tuhan tetapi juga untuk Tuhan. Dengan kata lain, ibadah adalah keadaan pikiran dimana perhatian dialihkan dari keakuan / kepentingan diri sendiri dialihkan kepada Tuhan - pikiran, maksud, kehendak, perasaan dan emosi, semuanya dicurahkan hanya kepada Dia. Jawabanyang pasti seperti yang dinyatakan oleh Allah adalah “Kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya.” Apa yang juga disampaikan oleh Yosua kepada bangsa Israel merupakan sebuah gambaran dari komitmen yang tegas untuk memilih Catatan Khotbah Ibadah yang Sejati. Ditulis dari sharing Bp. dr. Paulus Rahardjo di Ibadah Minggu Tgl. 12 Maret 2023. “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati.” Roma 121. Ada Tiga Pelajaran untuk mencapai Ibadah yang Sejati, yang kita dapatkan dari ayat di atasPertama. Persembahan Diri. Di ayat di atas, Paulus memulai nasihatnya dengan mengatakan “demi kemurahan Allah,” dan pastinya setelah itu ada nasihat yang sangat penting yang harus diperhatikan, karena dimulai dengan nama-Nya. Paulus menekankan betapa pentingnya kita mempersembahkan tubuh kita kepada-Nya. Dan hal ini telah menjadi polemik bagi bangsa Yahudi, karena sebelumnya mereka telah terbiasa untuk mempersembahkan sesuatu yang berwujud hewan, dan tentunya berakhir pada kematian hewan tersebut di atas altar persembahan. Di dalam bahasa aslinya, mempersembahkan tubuh itu sama dengan mempersembahkan diri, yang berbicara tentang mempersembahkan segala sesuatu yang ada pada tubuh kita. Tuhan tidak menginginkan persembahan yang sudah mati, sama seperti hewan korban persembahan tersebut, tetapi Dia menginginkan persembahan yang hidup. Pada saat kita masih hidup, apa saja yang kita perbuat melalui seluruh anggota tubuh kita, juga melalui perkataan dan perbuatan, dapat memuliakan nama-Nya. Hal ini juga merupakan bagian dari ibadah Adalah perbuatan yang jelas tidak memuliakan dan mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Bahkan ada pepatah Tiongkok kuno yang dalam bahasa Indonesianya berbunyi,Bencana itu dapat datang melalui apa yang keluar dari mulut / perkataan kita. Tetapi, berbagai macam penyakit juga dapat masuk dari apa yang masuk ke dalam mulut kita. Karena itu, jagalah baik-baik mulut dan perkataan kita. Selain itu, biarlah kelembutan hati, wajah dan mimik kita, senyuman, sentuhan kasih melalui tangan kita, dan semua hal di dalam hidup kita ini dapat dipakai dan diurapi-Nya untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya. Ke manapun kaki kita melangkah pergi, semuanya mendatangkan kemuliaan hanya bagi You LIVE for Christ?“Open Doors” adalah sebuah organisasi misi yang didirikan oleh Brother Andrew untuk dapat menyokong setiap anggota Tubuh Kristus yang melayani di berbagai daerah misi. Pada suatu hari Brother Andrew bertanya, “Will you DIE for Christ?”Apakah kita mau untuk cukup serius menjadi pengikut Kristus, dan setia sampai mati? “But, it’s not fair question,” dan Brother Andrew mengubah pertanyaannya,“Will you LIVE for Christ?”Persembahan Diri yang Hidup justru berarti kita mau untuk “mematikan” kehendak kita sendiri, agar Kristus dan kehendak-Nya, dapat hidup di dalam diri kita di setiap harinya. Kita juga dimampukan untuk dapat memahami dan melakukan kehendak Kristus yang terbaik bagi kemuliaan-Nya. Kedua. Menjadi Pengelola bukan Pemilik. “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Kejadian 215. Kita bukanlah pemilik, tetapi hanya sekadar pengelola dan pengurus. Kata “mengusahakan” di ayat di atas memiliki pengertian menjadikan lebih baik, dan kata “memelihara” artinya merawat. Apa pun yang Tuhan serahkan dan percayakan dalam hidup kita, baik hal itu diri pribadi, keluarga, sekolah, pekerjaan, pelayanan, dan apa pun juga.. marilah kita menjadi pengelola yang baik dari semuanya itu. Semuanya memang menjadi milik Tuhan, tetapi marilah kita terus merawat dan menjadikannya lebih baik lagi.“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” 1 Korintus 619-20.Bahkan hidup kita bukanlah milik kita sendiri, karena ayat di atas dikatakan telah lunas dibayar melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib, marilah merawat hidup kita baik secara tubuh fisik, jiwa, dan juga roh. Semua adalah pinjaman dari-Nya, kelak pada saat kita kembalikan pada-Nya, kita harus bertanggung jawab atasnya. Sadarilah, betapa penting menjaga tubuh kita dengan baik. Air Force One. Adalah pesawat resmi dari presiden Amerika Serikat. Pesawat ini benar-benar menjadi pesawatnya presiden, ketika bapak presiden Amerika Serikat itu sudah masuk ke dalamnya dan menggunakan pesawat tersebut. Demikian juga dengan hidup kita yang dkatakan sebagai bait Roh Kudus, sesuai dengan ayat di atas. Siapakah yang benar-benar menjadi Penguasa di dalam hidup kita? Apakah Tuhan? Atau hanya sekadar ego diri kita sendiri? Pemilik hidup kita adalah Tuhan, dan yang hidup di dalamnya adalah Raja di atas segala raja. Dan karena harganya telah lunas dibayar, biarlah melalui hidup kita dapat mendatangkan pujian dan kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Amin. Allah memiliki hidup kita dua kali Pada waktu kita diciptakan, dan pada waktu kita ditebus-Nya. Ada kisah seorang pelukis terkenal yang masuk ke dalam sebuah toko, dan menemukan beberapa lukisan yang sudah usang dan tak utuh. Dan setelah diselisik lebih jauh, ternyata dirinya menemukan beberapa lukisan yang pada mula-mula dilukisnya. Lukisan tersebut seharusnya bersamanya, karena lukisan itu adalah hasil karyanya, tetapi dirinya tidak bisa meminta lukisannya dengan begitu saja. Mengapa? Karena lukisan tersebut sebelumnya sudah dibeli dan telah menjadi hak milik dari orang lain. Dan untuk memilikinya, dirinya harus membeli lunas kembali lukisan tersebut, agar dapat bersama-sama dengan dirinya, di rumahnya. Demikian hal yang sama dengan hidup kita. Sesungguhnya, hidup kita sudah dibeli kembali, dan harganya sudah lunas dibayar melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Dan ketika kita memanggil Dia sebagai Tuhan, bahasa aslinya dari bahasa Yunani, dan tertulis ÎșυρÎčÎż - kurios, yang memiliki arti tuan, bapak, dan pemilik. Dan hal ini memiliki arti bahwa kita mengakui bahwa Tuhan adalah owner / pemilik dari keluruhan tubuh kita. Firman-Nya berkata,“Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” ayat 20. Jadilah pengelola yang baik. Ketika Tuhan sebagai Pemilik dari hidup ini datang dan memintanya kembali, kita sudah siap dengan memberi-Nya pertanggungjawaban atas apa saja yang sudah kita perbuat terhadap waktu dan kesempatan yang sudah Dia percayakan, ketika kita masih hidup di dalam dunia ini. Selama kita hidup, kita sudah mempersembahkan tubuh ini sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadah kita yang sejati Roma 121. Ketiga. Aplikasi Dari Hati menjadi Aksi. Allah harus menjadi centre / pusat dari keseluruhan di hidup kita. Ada sebuah kisah dari Ibu Pdt. Dorothy Marx, misionaris dari Overseas Missionary Fellowship OMF. Pada suatu hari ada seorang rekan mahasiswa yang bertanya pada beliau, lebih penting mana untuk hadir di persekutuan doa malam atau belajar untuk besok ada ujian di kampusnya? Kedua hal ini sama-sama penting. Dan Ibu Dorothy meminta kartu identitasnya dan menanyakan pekerjaan apa yang tertulis di atasnya. Dan di kartu identitasnya tertulis “Pelajar / Mahasiswa”. Lebih lanjut Ibu Dorothy berkata,“Belajar lebih penting. Tetapi jauh lebih baik bila dirimu jauh-jauh hari sudah terbiasa untuk belajar terlebih dahulu / nyicil, sehingga dapat hadir di persekutuan doa malam pada hari ini.”Hidup kita memang memiliki banyak segi, dan bagi beberapa pihak tidaklah mudah untuk meletakkan skala prioritas kehidupan. Mana lebih penting, yang harus didahulukan. Tetapi bersama dengan kasih dan hikmat Tuhan yang pasti akan selalu menuntun, marilah kita tetap menjadikan Allah sebagai nomor satu dan menjadi pusat dari segalanya. Apa pun yang sedang kita kerjakan, ada unsur Allah yang menjadi pusat dari segalanya. Marilah mempersembahkan tubuh sebagai Persembahan yang Hidup, kudus dan juga berkenan pada Allah, yang merupakan ibadah kita yang sejati Roma 121. Menyadari seutuhnya segala sesuatu yang Tuhan sudah percayakan di dalam hidup kita ini sifatnya hanyalah sementara dan kita adalah pengelola, bukan Pemilik. Karena suatu hari kelak kita harus mempertanggung jawabkannya di hadapan Tuhan, marilah kita terus merawat dan menjadikannya lebih baik pada akhirnya, dari kasih kita kepada Tuhan di dalam Hati akan diberi hikmat dan juga terus dimampukan-Nya untuk dapat menjadi Aksi, dan tetap menjadikan-Nya sebagai pusat dari segala sesuatu yang kita perbuat. Dan nama-Nya dapat dipermuliakan melalui hidup lagu Bapa Kupersembahkan Tubuhku. Oleh Welyar Kauntu. Bapa kupersembahkan tubuhku, s’bagai persembahan yang hidup. Kudus dan yang berkenan pada-Mu, s’bagai ibadah yang sejati. Kusembah Kau Tuhan. Kusembah Kau Tuhan. Kuserahkan hidupku kepada-Mu. Untuk kemuliaan nama-Mu. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Yudaisme lingkungan di dalam mana orang-orang Kristen purba hidup dan berasal, senantiasa merupakan agama monoteisme yang kuat. Dari Yudaisme inilah Kekristenan mewarisi monoteisme (Lohse, 1994:47) Apa yang disebut sebagai doktrin Trinitas hingga hari ini, merupakan satu doktrin yang peristilahannya tidak dapat ditemukan di dalam Alkitab.

2 min readApril 2023 9-15 APRIL 20231 Petrus 24-5Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Bagaimana cara menggenapi panggilan, memperoleh hormat dan kemuliaan didalam hadirat Tuhan?Membuang segala kejahatan dan mengadopsi perilaku yang tulus, murni dan jujur hingga terjadi pertumbuhan rohani yang benar. Tidak berhenti sampai tahap tersebut, umat Tuhan juga harus tetap konsisten untuk datang kedalam hadirat Tuhan, memiliki sikap disiplin untuk berdoa, beribadah dan menjadi pelaku Firman, sehingga pilihan Tuhan yang tertulis dalam kita Yohanes 1516 tergenapi didalam kehidupan kita dan kita tidak hanya dipilih tetapi kita juga dimuliakan oleh Tuhan Roma 837.1 Petrus 24“Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.”Yohanes 1516“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” - Roma 8 37“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”2. Bagaimana cara melakukan ibadah yang sejati dimata Tuhan?Setelah datang kepada Allah dan menerima kasih karunia dari pada-Nya, kita harus mempersembahkan hidup kita yang kudus dan berkenan dimata Tuhan untuk membangun rumah Allah dan menjadi imamat yang imam perantara bagi orang-orang untuk datang kepada Kristus, sehingga hidup kita bukan lagi untuk diri kita sendiri tetapi untuk orang lain agar mereka dapat melihat Kristus melalui kehidupan kita sehingga mereka bertobat dan kembali kepada Kristus, karena itulah yang disebut ibadah yang Petrus 25“Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.”RenunganApakah hidup kita sudah kita serahkan sepenuhnya kepada Tuhan dengan menjadi pelaku Firman sehingga hidup kita menjadi surat terbuka Tuhan yang dapat dibaca oleh orang lain atau hidup kita masih tergantung pada keinginan dan kesukaan diri kita sendiri?Referensi1. Materi Presentasi2. Materi Rangkumanbatu penjurucare city church

Jakarta Sosok Pdt Joshua Tewuh adalah seorang Hamba Tuhan, yang pernah menjadi Gembala Sidang GBI Jemaat Tuhan Yesus Kristus, pernah menjadi Mitra Indenpenden dengan GBI Glow FC, Pernah mengajar di GAS (Glow Apologetics School),Dosen Bethany Bible College, Penggagas/Salah Satu Pendiri, Merangkap Ketua 5
Mazmur 95 ini adalah satu Mazmur yang cukup terkenal dalam keseluruhan koleksi Mazmur, dalam bahasa latin Mazmur ini sering disebut Mazmur venite, Mazmur yang mengajak kita untuk beribadah kepada Tuhan, and therefore Mazmur ini sepanjang sejarah gereja seringkali dijadikan satu primer untuk mengajarkan kepada gereja apa itu ibadah. Ada satu kesaksian dari seorang pendeta yang terkena kanker tiroid, lalu dia harus dioperasi dst., kemudin yang interesting waktu dia mengalami kanker tersebut adalah waktu dia bergumul, dan pada akhirnya dia memang recover dari tiroid, operasi kankernya sukses. Sebelum dia masuk ke meja operasi, dia benar-benar bergumul dengan semua keluarganya dan dia mengatakan hal ini, dia berkata, hal yang membuat saya bisa mengarungi problematika hidup ini dengan damai, itu ternyata bukanlah ketika saya berdoa kepada Tuhan dengan permintaan-permintaan. Waktu kita ada susah hati atau kesulitan dalam hidup, naturally respon kita itu apa? Respon kita adalah minta berbagai hal kepada Tuhan, kita datang kepada Tuhan dengan berbagai petisi dan permintaan, kita datang kepada Tuhan dengan meminta, Tuhan tolong berikan saya ini, tolong sembuhkan saya dst. Tetapi pendeta mendapatkan kedamaian bukan karena berdoa meminta kepada Tuhan, tetapi karena dia berbadah kepada Tuhan, dia worship, menyembah kepada Tuhan. Mazmur yang sudah kita baca ini punya beberapa poin yang bisa kita bagi-bagi, yang pertama kita bisa bahas yang mengajarkan kepada kita apa itu yang namanya ibadah? Ibadah adalah ketika kita menilai sesuatu sebagai hal yang terutama dalam hidup kita, ketika kita memberikan satu ultimate kepada sesuatu, sehingga seluruh hidup kita itu diorientasi, dikuasai oleh hal tersebut. Dalam Mazmur ini kita bisa melihat hal itu dengan jelas, kalau kita melihat bahasa yang diberikan dalam Mazmur ini, misalnya dalam ayat 1, “mari kita bersorak-sorak menghadap wajahNya dengan nyanyian syukur”, bersorak-sorak itu bahasa apa? Itu adalah bahasa emosi, datang kepada Tuhan dengan emosi, “bersorak-sorak”, rejoicing in the Lord, lalu coba kita lihat ayat 6, ada kata “marilah” yang kedua dan di situ kata yang diberikan adalah sujud menyembah, berlutut, kalimat ini bahasa apa? Ini adalah bahasa yang sekarang involve kehendak kita, kita bukan hanya rejoicing, bersoarak-sorak kepada Tuhan, bukan hanya itu, tetapi kehendak kita itu ditundukkan di dalam Tuhan. Lalu hal yang kedua adanya kehendak yang bersujud, kehendak kita ditundukkan dihadapan Tuhan dan bagian yang terakhir dari Mazmur ini waktu dikatakan jangan keraskan hatimu, pikirkn pada waktu nenek moyangmu mencobai dst., itu adalah bahasa logika, itu adalah bahasa yang mengajak kita untuk merenungkan dan berpikir. Mazmur ini sedang mengajak kita beribadah untuk involve seluruh fakultas hidup kita, baik itu emosi, kehendak atau rasio kita. Dan ini satu hal yang penting waktu kita bicara tentang ibadah, karena ibadah zaman sekarang, bukan hanya di gereja karismatik, tetapi juga di gereja kita hari ini, itu seringkali terfragmentasi antara hal ini. Kalau kita datang dalam satu kebaktian, kita mengikuti ritual-ritual a, b, c dst., kita mengafirmasi doktrin, kita mengakui iman dsb., tetapi lalu kita tidak mengalami cukacita, kita tidak bersyukur, maka itu bukan ibadah. Hal yang sama juga kalau kita balik waktu kita pergi ke satu kebaktian, wah secara emosi itu great, secara emosi kita bisa nangis-nangis, di situ ada satu perasaan ekstase, tetapi lalu kita kebaktian itu tidak mengubah pola hidup kita, tidak mengubah kehendak kita, tidak mengubah pengertian kita, itu bukan ibadah. Atau kita datang juga ke dalam satu ibadah dimana kita berlutut, kita duduk, tetapi kita tidak ada nyanyian syukur, tidak ada sorak-sorai, kita tidak ada perubahan secara pikiran, sekali lagi, kita berlutut di dalam kehidupan kita, bukan hanya di dalam kebaktian, probably itu juga bukan ibadah. Itu mungkin kita sedang mengalami satu pengalaman emosional saja, pengalaman estetika atau pengalaman kultural, mungkin sama dengan kita datang ke konser, kalau kita senang dengan musiknya, kita bisa emosional waktu mendengar, tetapi itu bukan ibadah. Karena yang namanya ibadah di dalam alkitab, itu kondisinya jelas sekali, yang namanya ibadah adalah ketika seluruh hidup kita, tidak ada yang tersisa, itu terfokus mengorbit pada satu hal dalam hidup kita adalah ketika seluruh keberadaan kita itu dipengaruhi dan seluruh keberadaan hidup kita hanya bisa dipengaruhi ketika kita menetapkan sesuatu sebagai yang ultimate, sebagai yang terutama. Kalau kita perhatikan Mazmur ini semua yang dilakukan baik emosi, kehendak atau rasio-nya, itu semuanya yang dibangkitkan, yang menggerakkan dia itu hanya satu hal, kembali pada satu hal, kita lihat ayat 3 ada kata “sebab
,’kenapa beremosi begitu luar biasa? “Sebab Tuhan Yahwe adalah Allah yang besar”, karena saya melihat Allah yang besar ini maka saya bersorak-sorai, lalu dalam ayat 6 kenapa kehendak kita ditundukkan? Jawabannya ada di ayat 7, sebab Dia adalah Allah kita, Dia bukan hanya Allah yang besar, tetapi Dia adalah Allah kita dan Dia, Allah yang adalah Gembala bagi kita, kitalah umat gembalaanNya, tangan kita dituntun, Dia menjadikan kita dst., and therefore kita berlutut kepada Dia. Dalam bagian ini pemazmur sedang mendaftarkan, sedang membuat list, Allah itu seperti ini loh, Allah itu terhadap kita begini dan Allah itu mengatakan seperti ini dan semua yang dikatakan itu meng-engage seluruh hidup kita. Seluruh hidup kita itu ter-engage ketika Allah menjadi sesuatu yang ultimate, yang utama dalam hidup kita. Ilustrasi yang bagus untuk membuat kita menjadi sadar akan realita ini adalah ketika seorang wanita diwariskan sebuah liontin yang begitu berharga, lalu dia membawa liontin ini kepada seorang penjual perhiasan untuk mengetahui seberapa berharga liontin ini dan ketika penjual perhiasan ini mengamati, betapa dia sadar bahwa liontin ini lebih berharga dari semua perhiasan yang ada di tokonya. Dan waktu si wanita ini menerima liontin ini, dia juga menerima dengan tangan yang bergetar, seluruh tension dari dirinya terfokus pada hal ini, karena dia menyadari bahwa selama ini hidupnya tidak merefleksikan kepemilikannya terhadap hal ini. Dia menyadari bahwa selama ini dia tidak tahu seberapa berharganya hal ini dan setelah dia tahu yang terjadi adalah seluruh hidupnya akan berubah bukan? Itulah ibadah, itulah yang pemazmur sedang mengajak kita untuk melakukan. Ketika kita beribadah itu sedang mengajak kita untuk melakukan apa yang si ahli perhiasan tadi lakukan, mungkin mulai dengan rasional, mulai dengan membuat list, Tuhan kita ini siapa? Dia mengatakan apa? Dst., dan semua itu dilakukan supaya kita sadar seberapa berharganya Dia, supaya kita sadar, sebenarnya seberapa berarti Tuhan dalam hidup saya ini? Yanga namanya menyembah, ibadah adalah untuk melihat, untuk menyadari, tetapi kita tidak berhenti sampai di situ. Kalau kita benar-benar menyadari Allah kita siapa, maka seluruh hidup kita akan mulai mengorbit kepada Allah tersebut, itulah ibadah. Jadi ada dua aspek, seringkali kita bicara bahwa ibadah itu mengenai hadirat Allah, bukan hanya itu, kalau kita benar-benar masuk dalam hadirat Allah, hidup kita pasti akan berubah. Sama seperti kita datang ke presiden, kita tahu bahwa presiden bukan orang biasa, waktu kita kembali dari kediaman presiden, maka kita bukan orang yang sama, ya kan? Itu pengalaman yang mau kita katakan dalam bagian ini, itu ibadah. Indonesia itu bukan negara ateis, di dalam negara ini orang punya Allah mereka, mereka tahu ada Allah termasuk kita pada hari ini sebagai orang kristen, tahu ada Allah dan punya Allah. Kita memiliki Allah seperti itu, seperti si wanita tadi memiliki liontin-nya itu sebelum dia menyadari harga dari liontin tersebut, sama sekali tidak berpengaruh pada hidup kita, memang kita punya Allah, tetapi tidak berpengaruh terhadap kita. Allah itu mau ngapain itu tidak berpengaruh sama hidup kita, karena kita tidak sadar siapa Dia, itu bedanya antara orang kristen dengan non kristen atau bahkan bedanya antara orang kristen yang hidupnya ditransformasi dengan orang kristen yang hidupnya berjalan begitu-begitu saja. Jadi perbedaannya itu bukan masalah kepercayaan lagi, bukan masalah percaya ada Tuhan, bukan, bedanya adalah di dalam ibadah, apakah kamu beribadah pada Tuhan atau hanya sekedar percaya, itu dua hal yang berbeda, ini hal penting untuk kita bedakan di sini. Karena yang namanya ibadah itu bukan sekedar percaya, yang namanya ibadah adalah memberikan status ultimate, memberikan status terutama pada Allah tersebut, memberikan nilai paling tinggi, ultimate value pada Allah. Kadang-kadang kita kan suka mengkritik orang karismatik, mereka beribadah kok hanya main perasaan, ya memang betul. Ibadah jadi bukan ibadah kalau hanya bermain perasaan, tetai kita juga harus sadar satu hal, bukan berarti kita kebal terhadap kritik ini. Karena ibadah juga bukan hanya masalah kekaguman terhadap doktrin, ibadah juga bukan hanya masalah pengakuan iman dan afirmasi satu teologi yang sudah kita pegang ratusan tahun, itu juga bukan ibadah. Ibadah bukan hanya itu, ibadah lebih dari pada itu dan tidak kurang dari apa yang tadi sudah kita bicarakan. Mungkin reaksi kita adalah wah kok sulit sekali kalau ibadah harus seperti itu, sebetulnya selama ini kita ngapain? Kalau ibadah seperti yang sudah kita sebut tadi, mungkin selama ini kita tidak pernah beribadah, saya tidak pernah ada pengalaman seperti itu dalam hidup saya, and therefore saya juga tidak pernah lihat, and therefore saya tidak pernah mengalaminya. Salah, kita bisa lihat di ayat 3 pemazmur mengatakan, “Sebab Tuhan adalah Allah yang besar dan Raja yang besar mengatasi segala allah”. Setiap kita itu sudah menyembah pada sesuatu, sudah mempunyai satu hal dalam hidup kita yang kita anggap terutama, kita sudah beribadah kepada sesuatu, kita sudah memberikan penilaian ultimate itu kepada sesuatu, buktinya apa? Karena selama ini hidup kita sudah mengorbit pada sesuatu, alkitab melihat manusia itu tidak pernah netral, alkitab tidak pernah melihat manusia sebagai mahluk yang tidak beribadah, lalu sesudah itu beribadah kepada Allah yang benar, tidak seperti itu. Alkitab tidak pernah melihat seperti itu, dalam hal ini bahasa alkitab sangat jelas, seperti dalam Efesus 4, orang yang tidak mengenal Allah itu digambarkan bukan sebagai orang yang tidak sadar, tidak tahu, tetapi digambarkan sebagai orang yang tidak peduli, bahkan dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut degil. Kalau kita ikut kelas pengabaran injil, salah satu poin yang biasanya ditekankan dalam kelas tersebut adalah bahwa hati manusia itu tidak pernah netral terhadap injil. Yang diajarkan adalah kita harus mengasumsi bahwa hati manusia berdosa itu melawan Allah, benci terhadap kebenaran, itu yang alkitab ajarkan. Seperti dalam kitab Roma ada dikatakan, orang yang tidak mengikut kebenaran, digambarkan itu bukan menukar kebenaran dengan ketidaktahuan, tetapi menukar kebenaran dengan kebohongan, bahasa yang dipakai sangat-sangat jelas, secara aktif menekan kebenaran, bukan tidak tahu kebenaran, tetapi menekan kebenaran. Ada hal yang menarik di dalam dunia ini kan ada filosofi yang dibagi dua, namanya dualisme kepercayaan, bahwa di dalam dunia ini ada kekuatan yang baik dan kekuatan yang jahat, kekuatan yang baik senantiasa berperang dengan yang jahat. Kenapa kepercayaan ini salah? Bagaimana membuktikannya salah? Karena yang jahat tidak pernah melakukan yang jahat demi yang jahat, tidak ada seperti itu. Kan ada banyak orang jahat, tetapi tidak ada orang yang jahat melakukan sesuatu yang jahat karena dia anggap itu jahat, misalnya orang yang suka membunuh bukan karena dia tahu bahwa membunuh itu jahat, maka dia membunuh, bukan, tetapi karena menurut pemikirannya, yang namanya membunuh itu adalah hal yang menyenangkan untuk dia. Jadi dia melakukan itu karena dia menyenangi hal itu, hal yang jahat itu baik buat dia, jadi tidak ada orang yang melakukan kejahatan karena dia anggap hal itu jahat, tidak ada. Makanya sering kita mengatakan, hal yang jahat itu apa sih? Kita percaya setan tidak membuat apa-apa yang baru di atas dunia ini, kita harus sadar bahwa kosmologinya seperti itu, yang dilakukan setan hanyalah mengambil ciptaan Allah yang baik dan membuat kamu mengingininya secara jahat. Yang mau saya katakan adalah antara jahat dan baik itu tidak netral, yang namanya jahat itu tidak bisa eksis sebagai yang jahat kalau tidak ada yang baik, yang namanya baik itu bisa eksis pada dirinya sendiri. Indeed makanya di dalam Roma 516 Paulus mengatakan, bahwa setiap manusia adalah hamba dari sesuatu, alkitab jelas membagi manusia dalam dua type, bukan antara yang menyembah dan tidak menyembah, bukan antara mereka yang sedang mengorbit Tuhan dan sedang terbang-terbang tidak jelas, bukan. Karena setiap manusia sedang mengorbit sesuatu, masalahnya adalah apa yang diorbit itu benar atau tidak, pantas diorbit atau malah mengacaukan si pengorbit, itu masalahnya, makanya kita harus mengetahui bahwa beribadah yang sudah dijelaskan di atas bukan hal baru bagi kita. Kita sudah melakukannya, tidak ada satu manusia pun di dalam dunia yang tidak tahu bagaimana caranya beribadah, karena setiap kita sudah beribadah kepada sesuatu. Di sini kita belajar satu hal, kalau esensi dari ibadah adalah menilai sesuatu sebagai yang terutama, membuat sesuatu menjadi yang terutama dalam hidup kita, maka untuk kita bisa beribadah dengan benar kita perlu mengenali dahulu hati kita selama ini kiblat kemana? Dan proses ibadah yang benar adalah mentransfer kiblat ini kembali kepada Allah yang sejati, itu yang namanya beribadah. True worship bukan mengelurkan sesuatu yang baru ada, true worship adalah memindahkan sesuatu yang sudah ada kembali kepada Tuhan dan inilah kenapa hidup kita pasti berubah kalau kita melakukannya. Di dalam Mazmur yang sudah kita baca tadi dikatakan, Allah ini adalah Allah yang besar, Allah yang mengatasi segala allah yang lain, lalu kita mulai mengatakan lagi, inikan berbicara mengenai orang-orang animisme, ya memang pada zaman itu mempunyai allah yang banyak, zaman itu bukan seperti zaman kita hari ini, zaman itu sudah lewat, kita salah kalau berpikir seperti itu. Apa selama ini kita merasa tidak mengorbit sesuatu dalam hidup kita? Apakah kita merasa bahwa kita tidak punya allah-allah yang lain dalam hidup kita? Ya memang kita tidak punya patung dalam rumah kita, tidak punya berhala-berhala, hio dsb., tetapi setiap kita memiliki our most deepest and desperate desire dan hidup kita mengorbit hal itu. Setiap kita punya sesuatu yang kalau saya memiliki ini, maka saya tahu saya punya sesuatu, kalau saya mendapatkan ini, maka saya punya arti dalam hidup saya, kalau saya punya ini, maka saya akan bahagia dalam hidup saya, kita semua punya itu. Kita tidak harus punya barang itu untuk bisa meng-ilah hal itu, indeed biasanya kalau kita sudah punya, kita menggantikan dengan hal lain, karena kita menemukan bahwa ternyata hal ini tidak membuat saya bahagia, tadinya saya pikir kalau saya punya pacar hidup saya akan wah, tetapi setelah saya punya pacar akhirnya banyak trouble yang datang dengan pacar saya. Maka sekarang saya alihkan, saya ganti ke orbit yang lain, nah ini, kalau saya punya ini, maka hidup saya akan ok dan begitu saya punya kekayaan, lalu saya sadar bahwa kekayaan membuat saya pusing, maka gagal lagi, mencari hal yang lain lagi dst., hidup manusia terus seperti itu. Yang kita cari, yang menjadi desire kita itu adalah allah kita dan allah kita mengontrol kita, orang yang hidupnya mencari kuasa akan dikuasai oleh kuasa, kalau orang hidupnya hanya mencari uang, maka hidupnya akan dikuasai oleh uang, hidupnya mengorbit pada uang, orang yang mencari pengakuan orang lain, maka hidupnya dikontrol oleh apa yang orang lain tersebut katakan pada dia, itulah allah-allah dalam hidup kita. Satu hal yang jelas di sini adalah bahwa manusia tidak pernah mengontrol hidupn ya sendiri, itu kebohongan zaman modern, manusia selalu dikontrol oleh allah dalam hidupnya. Sekali lagi, setiap dari kita itu harus hidup untuk sesuatu, ada hal-hal dalam hidup kita itu sangat-sangat ingin mendapatkan, ada hal-hal kita sangat takut untuk kehilangan, ada hal-hal yang kita akan depresi kalau ada sesuatu yang terjadi pada hal tersebut dan kalau kita mau jujur, relasi kita terhadap hal itu adalah relasi yang bersifat penyembahan atau ibadah bukan? Ultimate value, label terutama telah kita tempel pada hal ini dan jadinya seluruh hidup kita diorientasi pada hal ini, dan sekarang kita mulai sadar, kenapa ibadah kepada Allah yang benar pasti mengubah hidup kita, pasti. Sebenarnya seluruh problem hidup kita itu berapa pada apa? Kenapa beberapa orang itu depresi pada waktu mereka diputusin sama pacar? Kenapa ada yang tidak? Tetapi ada orang yang kalau diputusin pacar tidak depresi, tetapi kalau uangnya hilang dia depresi dan juga sebaliknya bisa terjadi, kenapa bisa begitu? Karena ultimate problem dalam hidup kita itu lahir ketika kita itu menyembah sesuatu, maka kalau kita kembali orientasi kepada Allah yang benar, itulah yang akan menjadi obat bagi segala problem ini. Kalau kita menyadari nilai sesungguhnya dari relasi kita dengan Tuhan, kita akan kebal terhadap naik turunnya relasi kita yang lain hanya kalau kita sadar betapa penilaian Tuhan terhadap kita itu adalah penilaian yang penting dan kita sudah mendapatkannya, karena Kristus sudah mati buat kita dan Tuhan mencintai kita dalam Kristus, Tuhan sudah approve kita, sudah mengadopsi kita dalam Kristus, maka apa artinya penilaian orang lain itu? Inilah kenapa ibadah akan mengubah hidup kita. Kalau senantiasa kita sering susah hati, takut dengan penilaian orang lain, depresi kalau kita dicela, susah mengampuni atau kita sering mengingat kegagalan-kegagalan diri, kita semua seringkali begitu, satu-satunya obat yang akan menyehatkan kondisi seperti ini adalah ketika kita mengembalikan kitblat hati kita dari tempat mereka berada sekarang, kembali kepada Allah. Itu adalah ibadah, ibadah itu bukan hanya datang ke gereja lalu melakukan berbagai ritual, bukan, ibadah adalah mengenali terlebih dahulu bahwa kita sudah punya Allah. Maka seluruh proses ibadah adalah berusaha untuk mengembalikan, mereorientasi kembali siapa yang harusnya mendapatkan hidup kita. Apakah kita sadar kenapa ibadah kita dibuat seperti ini? Apakah kita sadar bahwa setiap bagian dari liturgi ini dibuat dengan pemikiran ini, bahwa setiap lagu yang kita nyanyikan itu di desain untuk membuat kita kembali kepada Allah yang benar. Setiap item yang ada di dalam liturgi ini, semuanya itu seharusnya adalah untuk membuat kita sadar siapa Allah yang sesungguhnya di dalam hidup kita, harusnya seperti itu. Tetapi setiap aksi ibadah kita semua pada hari ini imperfect, and therefore kita melakukan ini tidak langsung jadi, kita melakukannya sedikit demi sedikit, kita dirubah sedikit demi sedikit. Tetapi kenapa ibadah kita lakukan terus-menerus? Karena di dalam hidup kita sehari-hari ada kejadian dimana kita itu mulai tergiur dengan allah yang lain, itu sebabnya setiap minggu kita kembali ke gereja untuk di recharge, untuk dikembalikan, untuk orbit kita ditarik, itulah sebabnya firman Tuhan diberikan supaya kita sadar idolatry yang kita lakukan dan kita kembali kepada Allah yang benar. Hanya Allah yang seperti ini yang akan membuat kita puas dengan hidup kita, allah yang lain tidak ada yang seperti ini, kalau kita dapat allah yang lain, kita akan kecewa dan kalau kita gagal dengan allah tersebut, tidak ada pengampunan, kalau kita hidup bagi achievement, kalau kita gagal, seumur hidup kita akan dihantui, seperti itu kan ya? Kita pernah kan mendapati orang seperti itu, harusnya dulu saya jual perusahaan itu, harusnya dulu saya ambil kesempatan itu, harusnya, harusnya

,dst., ya itulah orang yang hidup mengorbit kepada sesuatu. Allah kita itu satu-satunya Allah yang akan memuaskan kita kalau kita berhasil mendapatkan Dia dan mengampuni kita kalau kita menggagalkan Dia, karena Dia sudah menebus seluruh hidup kita. Kita semua harus menyadari satu hal kenapa ibadah itu penting, ibadah penting bukan supaya kita melakukan ritual a atau b, bukan, tetapi karena ibadah adalah the ultimate need dari hati kita, hidup kita membutuhkan hal ini dan kalau kita tidak menyadari hal itu, kita akan terus masuk ke dalam problematika itu. Bagaimana supaya kita bisa lebih skillful, lebih perfect dalam ibadah? Ada satu hal yang kita perlu tahu untuk melakukan ibadah yang benar yaitu komunitas, kita lihat Mazmur 95 tadi, dalam bagian ini jelas sekali dikatakan bahwa kita itu dipanggil untuk beribadah di dalam satu komunitas, dalam satu group. Pada hari ini kalau kita lihat problem gereja salah satunya adalah kalau kita ditanya apa alat rohani yang bisa membangun spiritualitas kita untuk membuat kita bertumbuh secara rohani? Biasanya yang pasti kita sebut adalah saat teduh dan doa pribadi, dalam gereja kita ini tidak heran hal-hal seperti sakramen perjamuan kudus, baptisan itu bukan sesuatu yang paling atas. Tetapi kita bisa katakan ini, ibadah pribadi kita, meskipun kita harus melakukannya, di dalam alkitab lebih kita melihatnya sebagai satu persiapan menuju kepada ibadah yang corporate, kenapa kita mengatakan hal ini? Sebagai penutup ada satu ilustrasi, Lewis memiliki satu kelompok teman, mereka ada tiga orang, mereka sangat akrab dan satu hari salah satu dari mereka meninggal, si Charles, lalu C. S Lewis bepiikir maka saya sekarang memiliki Ronald hanya untuk saya saja, saya akan mendapatkan Ronald secara utuh bagi diri saya, tetapi ternyata tidak, kenapa? Ternyata C. S Lewis menemukan, ada hal-hal dalam diri Ronald yang hanya Charles saja yang bisa membawa kepermukaan, misalnya, dia tidak akan bisa lagi melihat reaksi Ronald terhadap lelucon-lelucon Charles, karena sisi yang itu hanya dia yang bisa mengeluarkan sisi itu. Maka ketika saya bersahabat, adanya sahabat yang lain, itu tidak akan mengambil sahabat ini pergi dari saya, justru dia akan menambah sahabat ini pada saya. Lewis mau mengatakan, kasih persahabatan itu adalah kasih yang ketika dibagi, itu tidak berkurang, kasih persahabatan itu justru bertambah seiring dengan jumlah sahabat yang dengan siapa kita berbagi kasih tersebut, dan lalu dia mengatakan lagi, kalau itu benar bagi manusia yang begitu terbatas apalagi dengan Allah? Allah yang begitu kaya, Allah yang begitu tidak terbatas, saya tidak mungkin bisa mengenal Dia kalau saya mengenal Dia sendirian, saya tidak mungkin mengenal Dia dalam keseluruahn kekayaan daripada diriNya, kalau saya datang kepada Dia sendirian. Saya tidak cukup besar untuk bisa membuat satu orang manusia yang terbatas keluar seluruh sisinya apalagi kalau saya intrek dengan Tuhan? Kita menyembah dengan komunitas, maka adalah satu-satunya cara ada kemungkinan untuk mengenal Allah dengan segala kelimpahan diriNya. Jadi kalau kita mau mengenal diri Allah, kita mau mengorbitkan diri kita pada Allah tersebut, kita perlu mengenal Dia itu siapa dan di sini kita melihat satu hal, semakin satu komunitas itu semakin besar dan beragam, itu semakin baik, kita sering berpikir satu komunitas semakin baik kalau komunitas itu homogen, salah. Kaya miskin, tua muda, perempuan, laki-laki, china, batak, jawa, manado dll, semakin komunitasnya beragam, maka kekayaan Tuhan akan semakin nyata pada kita. Apakah kita melihat bahwa gambaran ibadah yang benar bukan hanya akan menyembuhkan luka-luka kita secara individual, tetapi akan menyembuhkan kita secara satu komunitas. Kalau kita merasa keterbukaan dengan ras yang lain adalah syarat dimana saya bisa mengenal Tuhan, bukankah itu akan membuat umat manusia sembuh dari segala gesekan-gesekan yang selam ini ada? Inilah ibadah, saya berharap kita bisa merenungkan hal ini waktu kita datang ke tempat ini, kita mau melihat Tuhan itu siapa, itulah sebabnya kita seringkali bicara tentang hadirat Tuhan itu penting, tetapi bukan hanya hadirat Tuhan, itulah sebabnya kita perlu menyembah sebagai satu komunitas, itulah sebabnya kita diberikan label umat Allah dan bukan hanya orang-orang kristen. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah AS
Daripadaterus menerus mengatakan “Apakah (nama) Surah al-Ikhlas mulia yang dibaca sebagai persiapan pada ibadah-ibadah fardhu, kemungkinan tidak bisa menyamai bahkan hanya sepersepuluhnya saja dari apa yang dilakukan pada masa ketika Risalah ini pertama disampaikan dahulu. Hari ini azan-azan yang dikumandangkan dari berbagai menara
Oleh _Roma 121-3_ Sebagai orang yang telah diselamatkan oleh Yesus, maka kita patut merasa bahagia karena dengan demikian kita memahami betapa Allah itu sungguh mengasihi kita. Jika kita sudah menyadari akan Anugerah kasih yang besar dari Allah hingga kita memperoleh keselamatan yaitu kehidupan yang kekal dibalik kematian, maka kita patut untuk mensyukurinya. Rasa syukur itu pula yang kita ingin tunjukkan kepada Allah melalui ibadah kita. Selama ini yang kita pahami dengan ibadah adalah jika ada bernyanyi, ada doa, ada khotbah, ada berkat penutup. Jika kita diperhadapkan dengan tema Ibadah sejati, itu artinya ibadah itu bukan hanya saat memuji Tuhan setiap hari Minggu, Ibadah kategorial, Ibadah keluarga dan ibadah lainnya. Ibadah sejati adalah yang mau mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati. Bukankah Yesus telah menebus dan membayar kita lunas dari ancaman hukuman kematian? Ya benar! Jika demikian, bukankah tubuh kita ini seluruhnya adalah hak milik Yesus yang telah menebus kita dari ancaman kematian? Ya benar. Untuk itu seluruh hidup kita atau seluruh tubuh kita harus kita persembahan kepada Tuhan. Tubuh itu terdiri dari telinga, mata, mulut, kaki, tangan, mata, dan lainnya. Jangan ada kepura-kepuran di antara kita, untuk melakukan ibadah sejati. Seluruh organ tubuh sebaiknya turut mensyukuri perbuatan Allah yang hebat itu. Ibadah yang sesungguhnya adalah aktifitas seluruh hidupmu setiap hari, semua engkau lakukan dalam rangka memuliakan nama Allah. Memuliakan Allah tidak hanya saat mengikuti ibadah di Gereja, melainkan pada saat kita makan, minum, dan melakukan banyak hal, baiklah semua itu kita lakukan dalam rangka memuliakan Allah. Persembahan tubuh dan ibadah yang disebut dalam ayat 1 memiliki segi negatif dan segi positif. Segi negatifnya ialah orang Kristen tidak boleh lagi membiarkan pola hidup mereka ditentukan oleh dunia. Mempersembahkan tubuh ini sama artinya kita harus menyerahkan seluruh hidup kita secara total atau menyeluruh kepada Allah. Jangan sebahagian menyembah Allah, kemudian sebahagian lagi bermain sesuka hati dan menyembah allah lain. Ibadah sejati jika kita secara terus menerus memakai hidup kita sebagai persembahan yang hidup kepada Allah, amen. SYALOM DAN SELAMAT BERIBADAH
MenjadiHamba Allah Yang Sejati. oleh Abdullah Taslim, Lc., MA. Penghambaan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau al-‘ubudiyyah adalah kedudukan manusia yang paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dalam kedudukan ini, seorang manusia benar-benar menempatkan dirinya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang penuh
July 31, 2020 427 views IBADAH YANG SEJATI ROMA 121-3 Ibadah yang sejati merupakan ibadah yang berkenan kepada TUHAN. Ibadah itu tidaklah sebatas sebuah persekutuan yang melakukan ritus di tempat-tempat tertentu. Atau sebatas kegiatan liturgis pada waktu-waktu tertentu, dan atau urusan pribadi dengan Tuhan. Ibadah dalam konsep Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mempunyai arti pelayanan. Dalam istilah Ibrani disebut avoda sedangkan dalam bahasa Yunani disebut latreia. Istilah avoda merujuk kepada ibadah di kuil dan khusus lebih mengarah dalam hal berdoa. Ibadah sebenarnya merupakan suatu pelayanan yang dipersembahkan/ ketaatan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci berdoa, tetapi juga dalam arti pelayanan kepada sesama Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang perlu kita lakukan agar ibadah kita berkenan kepada TUHAN? Pertama, kita harus mempersembahkan totalitas kehidupan kita kepada TUHAN ay. 1. Arti “mempersembahkan” ialah menyerahkan diri secara total dan dalam keadaan “hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah” bukan asal apa adanya! Apa yang menjadi kehendak-Nya? Tuhan berkata kepada Samuel tentang Daud, “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi 
. Tuhan melihat hati” 1Sam. 167. Hati yang mengasihi, hati yang taat, hati yang murni, hati yang bersih! Tuntutan Tuhan “dengan segenap hati” Ul. 65; “bersungguh hati” 2Taw. 169. Raja Hizkia dinyatakan dalam Firman, “Semuanya dilakukannya dengan segenap hati sehingga segala usaha- nya berhasil” 2Taw. 3121 – dia berhasil karena melakukan tugasnya dengan segenap hati. Serahkan hidupmu dengan segenap hatimu bukan dengan setengah hati dan nya takan seperti nabi Yesaya, “ini aku, utuslah aku!” Yes. 68. Ini adalah sikap yang benar, “bahwa kamu bukan milik kamu sendiri” 1Kor. 619-20. Kedua, kita harus mampu memperbarui pola pikir kita ay. 2. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah 
.” ay. 2. Serupa dengan dunia harus dihindarkan tetapi kita harus tampil beda. Hal-hal yang duniawi harus menjadi hal- hal yang rohaniawi! Dan ini dapat terjadi lewat “pembaharuan budimu”. Kata “budi” atau “akal budi” dapat diartikan pikiran. Jadi adakan perubahan pemikiran atau pola pikir kita. Bagaimana pelaksanaan perubahan dapat terjadi? Rasul Yakobus berkata “terimalah dengan lemah lembut firman yang telah tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” Yak. 121 sedangkan “jiwamu” terdiri dari 3 unsur yaitu kehendak, pikiran dan perasaan. Dibutuhkan Firman tetapi juga dibutuhkan kuasa Roh Kudus untuk memperbarui pikiran kita! Rasul Paulus berkata, “supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna” Kol. 19 dan sebagai akibatnya kita akan “berpikir seperti Kristus” dan “berbuat seperti Kristus”. Mampukah manusia berubah? Saulus berubah, Zakeus berubah karena mereka dijamah dengan kuasa-Nya baca Kis. 9 dan Luk. 19. Ketiga, kita harus mampu menguasai diri dalam pelayanan ay. 3. Apa yang telah Tuhan karuniakan dalam kehidupan kita, terimalah dengan tanggung jawab penuh atau gunakan dengan kesungguhan hati. “Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan” ay. 3 tetapi “jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati” ay. 7-8. Pesan Rasul Paulus agar kita melakukannya dengan “hati yang ikhlas 
. dengan rajin 
 dengan sukacita” ay. 8. Hamba yang malas dan tidak berguna akan dibuang oleh Tuhan baca Mat. 2530. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah makna ibadah sejati itu dalam kehidupan kita sehari-hari? Pertama, ibadah sejati adalah ibadah totalitas. Ibadah sejati bukanlah ibadah fenomenal, kelihatan aktif di berbagai kegiatan gereja. Ibadah sejati adalah ibadah totalitas, artinya menyeluruh di dalam seluruh aspek hidup kita. Hal ini diajarkan Paulus di dalam ayat ini dengan mengatakan bahwa kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan/kurban yang hidup. Kata “mempersembahkan” dalam bahasa Yunani bisa diterjemahkan “menyembahkan”. Kembali, kata yang dipergunakan di sini menggunakan bentuk aktif. Berarti, ibadah sejati adalah ibadah yang terjadi ketika kita secara aktif mempersembahkan/menyembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Itulah arti berserah total. Berserah adalah kita berani menyerahkan seluruh hidup kita dikuasai oleh Kristus sebagai Tuhan, Raja, dan Pemerintah hidup kita. Ketika kita menyerahkan hidup kita, dengan kata lain, kita juga harus berani menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan. Di sini, saya menggabungkan konsep berserah dengan menyangkal diri. Ketika kita berserah, di saat yang sama kita menyangkal diri untuk mengatakan “tidak” kepada kehendak kita dan mengatakan “ya” kepada kehendak-Nya. Hal ini diteladani sendiri oleh penulis surat Roma, yaitu Paulus. Paulus adalah salah satu rasul Kristus yang sudah menyerahkan totalitas hidupnya kepada Kristus Flp. 121, dan di saat yang sama, ia bisa mematikan kehendaknya yang berlawanan dengan kehendak Allah. Kapan Paulus berani mematikan kehendak dirinya sendiri? Ketika Paulus mendapatkan suatu hambatan baca 2Kor. 127-9. Para penafsir tidak sepakat ketika menafsirkan arti “duri dalam daging”. Ada yang menafsirkan penyakit, ada juga yang menafsirkan hambatan/halangan dalam pelayanan Paulus. Intinya hanya satu tantangan/hambatan dalam pelayanan Paulus bisa berupa penyakit, dll. Ketika Tuhan menguji Paulus dengan “duri dalam daging”, Paulus pernah berdoa 3x memohon agar Tuhan mencabut duri itu, tetapi Tuhan menolaknya, dan Paulus taat baca ayat 9- 10. Bahkan di dalam penderitaan, Paulus pun dengan berani tetap percaya kepada-Nya 2Tim. 112. Biarlah kita meneladani Paulus sebagai rasul Kristus yang telah menjalankan apa yang diajarkannya sendiri di bagain ini. Adalah suatu ketidakmasukakalan jika orang yang menyanyikan “Aku Berserah”, tetapi masih percaya kepada kehendak diri yang lebih baik daripada kehendak Tuhan. Kedua, ibadah sejati adalah ibadah yang kudus. Bukan saja sebagai kurban/ persembahan yang hidup, Paulus juga menasihatkan jemaat Roma agar mereka juga mempersembahkan tubuh mereka sebagai kurban yang kudus. Kudus berarti dipisahkan separated. Dengan kata lain, dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus, berarti kita memiliki keunikan yang lain dari dunia ini. Paulus bukan hanya mempersembahkan tubuh/hidupnya sebagai kurban yang hidup, tetapi ia juga mempersembahkan hidupnya sebagai kurban yang kudus. Dari manakah ia mempersembahkan kurban yang kudus itu? Dari Roh Kudus. Roh Kudus yang telah menguduskan hidup Paulus dan umat Tuhan, menuntut kita untuk mempersembahkan tubuh yang telah dikuduskan-Nya itu untuk dipakai memuliakan Tuhan. Kepada jemaat Korintus, Paulus mengajarkan konsep ini di dalam 1 Korintus. 619-20, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” Melalui dua ayat ini, kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus atau dikuduskan Roh Kudus di dalam penebusan Kristus, sehingga kita harus memuliakan Tuhan melalui tubuh kita. Kata “tubuh” baik di dalam Roma 121 maupun 1 Korintus. 619-20 sama-sama menggunakan kata Yunani soma. Karena Roh Kudus yang telah menguduskan tubuh/hidup kita, maka kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus bagi-Nya yang berbeda dari dunia. Ketiga, ibadah sejati adalah ibadah yang menyenangkan Allah. Bukan hanya hidup dan kudus, ibadah sejati adalah ibadah yang berkenan kepada Allah. Kata “berkenan kepada Allah” adalah ibadah yang menyenangkan atau memuaskan Allah. Bagaimana ibadah bisa dikatakan menyenangkan Allah? Ibadah bisa menyenangkan Allah ketika ibadah dilakukan baik di gereja ataupun kehidupan sehari-hari bukan memuliakan diri, tetapi memuliakan Tuhan. Ibadah yang memuliakan diri adalah ibadah yang menggunakan segala cara untuk menyenangkan diri sebagai objek dan subjek ibadah. Ini dilakukan oleh orang-orang kafir di dalam Alkitab. Mereka beribadah untuk mencari keuntungan. Tetapi ibadah yang berpusat pada Allah yang menyenangkan-Nya adalah ibadah yang memuliakan Dia saja Soli Deo Gloria. Bukan hanya ibadah, pelayanan kita kepada Tuhan pun juga demikian. Di dalam pelayanan, pelayanan yang menyenangkan Allah adalah pelayanan yang berpusat dari Allah, oleh Allah, dan bagi Allah saja Rm. 1136. Sehingga pelayanan yang berpusat pada Allah adalah pelayanan yang tidak mencari keuntungan sendiri. PMP
Seorangabid (ahli ibadah) sejati adalah mereka yang selalu merindukan untuk sujud di sajadahnya, merindukan waktu-waktu tahajudnya, dan mendambakan saat-saat munajatnya. Salah seorang salafus saleh berkata, “ Hanya satu yang paling aku tidak sukai di dunia ini ketika fajar terbit. Mengapa? Oleh Yunus Septifan Harefa Romans 121 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati. Ibadah bukan hanya di hari Minggu. Ibadah juga bukan hanya soal menyanyi atau menari. Ibadah adalah tentang hidup yang kita jalani setiap hari. Menurut Rick Warren, pekerjaan kita pun menjadi ibadah ketika kita mendedikasikannya kepada Allah dan melakukannya dengan sebuah kesadaran akan kehadiran-Nya. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang kita lakukan termasuk yang kita pikirkan dapat menjadi ekspresi dari sebuah ibadah apabila kita melakukannya dengan tetap memandang kepada Allah. Dalam Roma 121-8, terdapat dua hal penting yang harus kita pahami mengenai ibadah. Pertama Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Saya” Ibadah tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan personal tentang “saya”. Ketika saya beribadah, maka hidup saya juga harus menunjukkan hidup yang berubah. Kalau saya beribadah, maka hidup saya akan berbeda dengan orang-orang di dunia ini. Kalau saya beribadah, maka hidup saya harus kudus dan berkenan bagi Allah. Kalau saya beribadah, maka pikiran saya juga harus mampu membedakan manakah kehendak Allah dan yang bukan kehendak-Nya. ay. 1-2 Kedua Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Kita” Ibadah tidak hanya berhenti pada kehidupan “saya”. Ibadah juga berbicara mengenai kehidupan “kita”. Ketika saya sudah dikuduskan oleh Allah menjadi umat-Nya, maka saya dipisahkan dan dikumpulkan bersama dengan orang-orang kudus lainnya. Ketika saya berkumpul dengan orang-orang kudus lainnya, maka ibadah bukan lagi hanya tentang saya, tetapi tentang kita bersama. Dalam kehidupan kita bersama inilah muncul istilah “keragaman”. Paulus menggambarkan keragaman itu dengan menjelaskan bermacam-macam karunia ay. 3-8. Setiap orang punya karunia yang berbeda, yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, perbedaan yang ada bukan bertujuan untuk menghancurkan, malahan perbedaan tersebut berfungsi untuk tetap menjaga keutuhan bersama. Ketika kita mampu menjaga kehidupan bersama, maka sebenarnya kita sedang beribadah. Oleh karena itu, hiduplah sebagai seorang yang beribadah! Secara personal, kita menjaga kekudusan. Secara komunal, kita tetap mampu berkarya dalam keragaman. Ibadah yang sejati itu mengubahkan “saya”, tetapi tidak pernah memisahkan “kita”. Yunus 5T1WZ.
  • n8tngb4g8j.pages.dev/492
  • n8tngb4g8j.pages.dev/283
  • n8tngb4g8j.pages.dev/46
  • n8tngb4g8j.pages.dev/482
  • n8tngb4g8j.pages.dev/320
  • n8tngb4g8j.pages.dev/210
  • n8tngb4g8j.pages.dev/445
  • n8tngb4g8j.pages.dev/290
  • apakah nama lain dari ibadah yang sejati